Sebagai bagian dari tindak lanjut pertemuan Influenza Virus Monitoring (IVM) pada 4-5 November 2024 di Yogyakarta, Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros melaksanakan kegiatan surveilans Avian Influenza (AI) di wilayah kerja. Surveilans ini dilakukan untuk mengantisipasi situasi dan dinamika virus AI yang menunjukkan adanya co-circulation virus Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) H5N1 (clade 2.3.2.1.g dan 2.3.4.4.b) serta Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) H9N2 (Clade B4.5).

Kegiatan ini mengintegrasikan surveilans longitudinal berbasis molekuler/genomik dengan surveilans sindromik, yang bertujuan meningkatkan deteksi dini keberadaan virus. Fokus utama surveilans adalah Pasar Unggas Hidup (Live Bird Market/LBM), terutama di lokasi dengan risiko tinggi pada interface manusia-hewan, dengan pengambilan sampel lingkungan dan hewan yang menunjukkan gejala klinis.

Mewaspadai Mutasi dan Penyebaran Virus Baru

Surveilans di LBM bertujuan memonitor peredaran virus HPAI di lapangan, mendeteksi kemungkinan re-assortment virus, serta mengukur efektivitas program pengendalian HPAI yang telah berjalan. Tidak hanya itu, kegiatan ini menjadi langkah proaktif dalam mendeteksi potensi serangan virus AI baru (HxNx) yang dapat masuk ke Indonesia melalui berbagai jalur.

Wilayah Risiko Tinggi

Surveilans dilakukan di sejumlah wilayah berisiko tinggi di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu:

  • Kabupaten Barru
  • Kabupaten Bone
  • Kabupaten Maros
  • Kabupaten Pinrang
  • Kabupaten Sidrap
  • Kabupaten Soppeng
  • Kota Makassar
  • Kota Parepare

Kawasan ini dipilih berdasarkan informasi awal terkait rantai distribusi unggas dan data penyebaran AI sebelumnya. Surveilans dilakukan di pasar unggas tradisional serta tempat penampungan unggas, yang menjadi titik kunci dalam rantai distribusi hewan.

Kerja Sama Strategis untuk Kesehatan Hewan

Kegiatan ini terlaksana melalui kolaborasi antara Kementerian Pertanian dan FAO Indonesia, sebagai wujud keseriusan pemerintah dalam menjaga kesehatan hewan Indonesia. Upaya ini mencerminkan langkah nyata pemerintah untuk mencegah penyebaran virus AI dan menghadapi potensi mutasi virus baru yang dapat mengancam kesehatan hewan serta kesejahteraan masyarakat.

Dengan komitmen yang kuat, pemerintah terus hadir melalui program-program nyata di lapangan, memastikan kesehatan hewan terlindungi demi keberlanjutan peternakan dan ketahanan pangan Indonesia.