Maros – Balai Besar Veteriner (BBV) Maros menyelenggarakan In House Training (IHT) Validasi Pengujian Rose Bengal Test (RBT) dan Complement Fixation Test (CFT) untuk penyakit brucellosis. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, 1–4 September 2025, dengan menghadirkan narasumber drh. Didik Tulus Subekti, M.Kes. dari Pusat Riset Biomedis, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Pelatihan teknis ini diikuti oleh tenaga medik dan paramedik veteriner BBV Maros sebagai upaya peningkatan kapasitas sebagai laboratorium rujukan nasional (referensi) untuk Brucellosis dan Antraks. Melalui IHT, peserta mendapatkan pembekalan teori guna memperkuat pemahaman tentang penyakit Brucellosis sekaligus mengikuti praktik langsung pengujian RBT dan CFT. Selain meningkatkan keterampilan teknis, sesi praktik juga berfungsi untuk mengevaluasi kemampuan peserta dalam memastikan keakuratan hasil uji.
Pada sesi akhir, disusun pula rancangan road map atau milestone pengembangan kapasitas BBV Maros lima tahun ke depan dalam penanganan penyakit Brucellosis dan Antraks.

Kepala BBV Maros, drh. H. Agustia, dalam arahannya menyampaikan bahwa penguatan kapasitas sumber daya manusia laboratorium merupakan bagian dari komitmen BBV Maros sebagai laboratorium rujukan nasional penyakit Brucellosis dan Antraks.
“Sebagai laboratorium rujukan nasional, kita dituntut untuk menghasilkan pengujian yang andal dan akurat. Penguatan kapasitas teknis melalui kegiatan seperti IHT ini tidak hanya dalam menjaga kualitas pengujian, tetapi juga dalam mempersiapkan diri menuju visi sebagai biosecurity center di wilayah Indonesia Timur. Saya mendukung seluruh pegawai untuk terus mengembangkan kompetensi, baik melalui pelatihan, pendidikan, maupun kerja sama di tingkat nasional maupun internasional,” tegas Kepala Balai.
Lebih lanjut, kegiatan ini juga menjadi bagian dari langkah persiapan BBV Maros dalam pengajuan sertifikasi SNI ISO/IEC 17043:2023 tentang akreditasi penyelenggara uji profisiensi. Dengan adanya sertifikasi ini, BBV Maros diharapkan semakin mampu berperan aktif dalam menjamin mutu pengujian veteriner, khususnya dalam mendukung program pengendalian dan pemberantasan penyakit Brucellosis dan Antraks di Indonesia.


