Gowa, 1 Januari 2025. Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros kembali menjalankan tugas strategis di awal tahun dengan melakukan penyelidikan epidemiologi kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Tugas ini dilaksanakan setelah adanya laporan sejumlah ternak yang menunjukkan gejala klinis PMK.

Tim BBVet Maros yang dipimpin oleh drh. Riska bersinergi dengan Tim Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Gowa yang diketuai oleh Plt. Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Fatimah. Bersama-sama, mereka melakukan serangkaian langkah investigasi langsung di lapangan.

Proses Pengambilan Sampel

Seluruh anggota tim dibekali dengan alat pelindung diri (APD) lengkap untuk mencegah risiko kontaminasi virus yang dapat berdampak pada ternak di luar lokasi penyelidikan. Tim mengambil berbagai jenis sampel, termasuk darah, ulas darah, swab, dan liur dari ternak yang diduga terinfeksi.
Proses pengambilan sampel ini menghadapi tantangan karena ternak dilepasliarkan sehingga memerlukan waktu untuk menggiringnya ke kandang jepit. Semua sampel yang dikumpulkan kemudian dibawa ke laboratorium BBVet Maros untuk dilakukan uji diagnostik lebih lanjut.

Selain pengambilan sampel, tim juga melakukan wawancara mendalam dengan petugas peternakan untuk menggali informasi terkait kondisi ternak selama beberapa waktu terakhir. “Data yang kami peroleh di lapangan, didukung hasil uji laboratorium, akan menjadi dasar penyusunan rekomendasi tindak lanjut yang akan disampaikan kepada Dinas Peternakan dan Perkebunan Gowa,” jelas drh. Riska.

Indikasi dan Edukasi Biosekuriti

Hasil pengamatan awal menunjukkan bahwa ranch memiliki tingkat keterbukaan yang rendah, serta tidak ada aktivitas keluar masuk ternak dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini mengindikasikan adanya faktor lain yang memungkinkan penularan virus ke ternak. Tim BBVet Maros memberikan edukasi kepada petugas ranch untuk meningkatkan penerapan biosekuriti, termasuk desinfeksi rutin pada area peternakan.

“Menurut keterangan petugas, sapi-sapi di ranch ini belum pernah divaksin PMK. Kondisi ini membuat ternak sangat rentan terhadap infeksi, terutama di tengah tingginya penyebaran virus PMK saat ini,” tambah drh. Riska.

Investigasi kasus terduga PMK Kec. Pattallassang, Kab. Gowa

Upaya Pencegahan oleh Dinas Peternakan Gowa

Plt. Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Fatimah, menuturkan bahwa pihaknya secara rutin memberikan pelayanan kesehatan hewan, terutama dalam situasi saat ini ketika penyebaran virus PMK di Kabupaten Gowa hampir merata. Langkah-langkah pengobatan yang dilakukan mencakup pemberian antibiotik, antihistamin, serta desinfeksi area peternakan.

Selain itu, Dinas Peternakan dan Perkebunan Gowa juga telah menyusun jadwal vaksinasi PMK bagi ternak sehat. “Vaksinasi adalah langkah utama dalam mencegah penyebaran virus PMK. Kami juga mendorong peternak untuk menjaga kebersihan kandang secara optimal,” ujar Fatimah.

Pihak dinas turut memberikan alternatif elektrolit alami yang mudah dibuat di rumah. Campuran ini terdiri dari gula merah, perasan jeruk nipis, dan garam, yang berfungsi membantu pemulihan kondisi ternak.

Komitmen Kementerian Pertanian

Kementerian Pertanian terus berkomitmen mempercepat produksi vaksin PMK dalam jumlah besar agar distribusinya ke daerah terdampak dapat segera dilakukan. Vaksinasi ini diharapkan mampu melindungi ternak sehat dari ancaman virus PMK, sekaligus menekan angka penularan di lapangan.

Dengan kerja sama yang solid antara BBVet Maros, Dinas Peternakan dan Perkebunan Gowa, serta komitmen Kementerian Pertanian, upaya pencegahan dan pengendalian PMK di wilayah Sulawesi Selatan terus berjalan dengan baik.