Maros, 31 Juli 2024 – Balai Besar Veteriner Maros (BBVet Maros) menyelenggarakan rapat koordinasi secara virtual terkait optimalisasi penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk mendukung penyidikan penyakit hewan di wilayah kerjanya. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi dalam pelaksanaan surveilans penyakit hewan dan produk asal hewan, bekerja sama dengan Puskeswan Kabupaten/Kota di bawah naungan BBVet Maros.

Dr. drh. Muflihanah, M.Si., pemateri dalam rapat ini, menekankan bahwa surveilans yang akan dilakukan dengan memanfaatkan Dana DAK memiliki prioritas pada sejumlah penyakit utama, termasuk Antraks, Brucellosis, ASF, LSD, PMK, Jembrana, Rabies, CSF, HPAI, Surra, dan SE. “Kami berfokus pada penyakit-penyakit prioritas ini untuk menjaga kesehatan hewan di wilayah kerja kami,” ujar Dr. Muflihanah.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Kelompok Kelembagaan dan Sumber Daya Kesehatan Hewan, Direktorat Kesehatan hewan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian, drh. Irpansyah Batubara, M.Si., menekankan pentingnya peran BBVet Maros dalam mengorganisir Puskeswan di kabupaten/kota. “BBVet Maros harus memastikan bahwa Puskeswan melaksanakan tugas pengambilan, pengiriman, dan pelaporan sampel dengan tepat, serta melaporkan data tersebut ke dalam sistem iSIKHNAS,” jelasnya.

Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Ditjen PKH, Kementerian Pertanian, BBVet Maros memiliki tugas pokok dan fungsi untuk memetakan situasi penyakit hewan di wilayahnya. Oleh karena itu, Puskeswan kabupaten/kota diharapkan dapat melaporkan lalu-lintas hewan dan status penyakit di wilayah mereka dengan menggunakan iSIKHNAS, sebuah sistem informasi yang mengintegrasikan data laboratorium dengan laporan penyakit hewan.

Dalam rapat tersebut, Kepala Bagian Umum BBVet Maros, drh. Dinar Hadi Hartawan, M.Sc., bersama Tim Pokja Teknis, juga mensosialisasikan berbagai inovasi sistem informasi terkait pelayanan kesehatan hewan. drh. Dinar menjelaskan tentang strategi “Yantek untuk Tapir Tuah” yang bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan veteriner, terutama untuk program distribusi ternak bantuan pemerintah. “Kami telah menyusun SOP yang mengatur proses pra-distribusi dan pasca-distribusi ternak, guna memastikan bantuan ternak berjalan optimal setiap tahunnya,” ungkapnya.

Selain itu, Tim Pokja Teknis yang diwakili oleh drh. Dini Marmansari memperkenalkan “iPelanduk,” sebuah sistem kewaspadaan dini untuk pengendalian penyakit hewan dan keamanan pangan produk asal hewan. Sistem ini menyajikan peta penyakit hewan dengan layanan visualisasi hasil uji laboratorium di website BBVet Maros. “Kami juga menyediakan ‘TanyaVet,’ sebuah layanan bot percakapan interaktif yang memudahkan masyarakat mendapatkan informasi seputar kesehatan hewan melalui website kami,” tambah drh. Dini.

Strategi “Yantek untuk Tapir Tuah” dan “iPelanduk” merupakan proyek perubahan dari drh. Dinar Hadi Hartawan, M.Sc dan drh. Dini Marmansari, yang mendapat dukungan penuh dari Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dr. drh. Agung Suganda, M.Si. Dengan peluncuran proyek perubahan ini, diharapkan pelayanan peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia semakin meningkat, mendukung tenaga kesehatan hewan serta kesehatan ternak dan ketahanan pangan secara nasional.