Surabaya – Kementerian Pertanian (Kementan) kembali menerima kunjungan kerja delegasi dari Ministry of Agriculture, Livestock, Fisheries and Forestry (MALFF) Timor Leste dalam rangka pelaksanaan Import Risk Analysis (IRA) yang berlangsung pada tanggal 19 hingga 23 Mei 2025. Kegiatan ini berfokus pada sejumlah unit usaha peternakan di wilayah Jawa Timur, diawali dengan pertemuan pembuka (opening meeting) yang diselenggarakan di kantor Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Senin (19/5).
Dalam sambutannya, Direktur Hilirisasi Hasil Peternakan, Makmun, menegaskan kesiapan Indonesia untuk menyuplai produk peternakan berkualitas tinggi guna memenuhi kebutuhan pasar Timor Leste. Ia menyoroti bahwa sepanjang tahun 2024, Indonesia mencatat surplus produksi daging ayam sebesar 414.367 ton dan telur konsumsi sebanyak 285.909 ton.
“Seluruh produk ekspor telah dilengkapi sistem jaminan keamanan pangan berbasis risiko, serta telah memenuhi regulasi teknis dan ketentuan pelabelan pangan,” jelas Makmun.
Makmun juga mengundang tim MALFF untuk melanjutkan proses IRA pada sejumlah unit usaha telur konsumsi di Jawa Timur, yang meliputi wilayah Blitar, Kediri, dan Lumajang, serta pada perusahaan pengolahan daging ayam dari grup Japfa Comfeed.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Indyah Aryani, turut menegaskan peran strategis provinsi tersebut sebagai sentra peternakan nasional. Ia menyampaikan bahwa populasi ayam petelur nasional mencapai 414,76 juta ekor, dengan Jawa Timur berkontribusi sebesar 131,85 juta ekor atau 32 persen. Sementara itu, populasi ayam pedaging nasional sebesar 3,15 miliar ekor, di mana 418,74 juta ekor berada di Jawa Timur, menyumbang sekitar 13 persen.
“Di Jawa Timur terdapat 21 perusahaan pembibitan unggas penghasil DOC/DOD, 13 unit breeding farm layer, 76 unit breeding farm broiler, dan 67 produsen pakan ternak yang distribusinya telah menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia,” ungkap Indyah.
Tim IRA yang dipimpin oleh Mario Francisco Amaral dijadwalkan melakukan audit pada lima unit usaha, yakni PT. Multipakan Jaya Sentosa, PT. Tabasham Farm, PT. Super Unggas Jaya, PT. Japfa Comfeed, dan PT. Gold Coin Indonesia.
“Kunjungan ini bertujuan menggali informasi secara mendalam, khususnya mengenai situasi kesehatan hewan terkini di Jawa Timur serta prosedur perizinan ekspor dan impor, terutama dalam wilayah kerja Karantina Surabaya,” ujar Mario. Ia juga mengungkapkan bahwa lebih dari 70% produk peternakan yang beredar di Timor Leste saat ini berasal dari Indonesia.
Makmun menambahkan bahwa nilai ekspor komoditas peternakan dan kesehatan hewan pada tahun 2024 mengalami peningkatan sebesar 7,88% dibandingkan tahun sebelumnya.
“Ragam produk peternakan yang diekspor kian beragam, mencerminkan bahwa produk-produk Indonesia tidak hanya memenuhi standar teknis yang ditetapkan oleh Timor Leste, tetapi juga mampu menjawab selera dan kebutuhan pelaku usaha di sana,” tutup Makmun.