Jakarta — Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menekankan pentingnya memperkuat ekosistem peternakan nasional yang tangguh dan berkelanjutan melalui sinergi antara pemerintah, BUMN, dan peternak kecil. Salah satu langkah strategis yang tengah dijalankan adalah pengembangan industri pakan dan sistem pembibitan nasional yang dikelola oleh BUMN sebagai penopang utama kebutuhan bibit, dengan dukungan investasi senilai Rp20 triliun.

Mentan Amran menegaskan bahwa penguatan sektor pembibitan oleh BUMN tidak dimaksudkan untuk menggantikan peran peternak rakyat, melainkan untuk menjamin ketersediaan bibit unggul dan pakan yang mudah diakses oleh peternak kecil di seluruh wilayah Indonesia.

“Pembibitan harus di-back up oleh BUMN agar peternak kecil tidak kesulitan bibit dan pakan. Tapi budidaya tetap dilakukan oleh peternak rakyat. Inilah ekosistem yang sehat, saling menopang,” ujar Mentan Amran di Jakarta usai upacara peringatan Hari Pahlawan di Kantor Pusat Kementan, Jakarta (10/11/2025).

Ia menambahkan, strategi ini akan memperkuat rantai nilai peternakan dari hulu hingga hilir. Dengan adanya sistem pembibitan nasional di bawah BUMN, mutu genetik ternak akan meningkat, produktivitas lebih optimal, serta risiko kekurangan pasokan dapat diminimalkan. Peternak kecil tetap menjadi pelaku utama budidaya yang berperan penting dalam pemerataan ekonomi di daerah pedesaan.

“Kita ingin agar peternak kecil tidak hanya bertahan, tapi naik kelas. Pemerintah hadir untuk membangun ekosistem, bukan untuk menggantikan peran mereka,” tambahnya.

Lebih lanjut, Mentan menyampaikan bahwa investasi sebesar Rp20 triliun tersebut diarahkan untuk memperkuat rantai pasok mulai dari pembibitan, pemeliharaan, hingga produksi pakan lokal. Anggaran ini akan dimanfaatkan untuk pembangunan pusat pembibitan modern, laboratorium genetik, serta fasilitas distribusi bibit dan pakan yang terhubung dengan sistem logistik nasional.

Mentan Amran juga menjelaskan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari visi Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan kemandirian protein hewani berbasis pulau. Dengan sistem yang terintegrasi, Indonesia diharapkan tidak lagi bergantung pada impor bakalan atau bibit dari luar negeri.

“Kalau bibit dan pakan kita kuat, peternakan nasional pasti mandiri. Kuncinya ada pada kolaborasi antara negara, BUMN, dan rakyat,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Mentan mengajak seluruh peternak kecil agar tetap tenang dan optimis terhadap arah kebijakan pemerintah. Ia menegaskan bahwa setiap kebijakan yang dijalankan justru dirancang untuk memperkuat posisi peternak rakyat sebagai pelaku utama di lapangan.

“Peternak rakyat jangan khawatir. Justru sekarang saatnya peternak rakyat bangkit. Pemerintah hadir untuk memastikan mereka tidak sendirian. Kita siapkan dukungan bibit, pakan, teknologi, bahkan akses pembiayaan,” ungkapnya penuh semangat.

Ia kembali menegaskan bahwa proses budidaya akan tetap menjadi domain peternak rakyat, sementara BUMN berperan menjaga ketersediaan pasokan dan stabilitas harga di pasar. Melalui pola kerja sama ini, diharapkan terbentuk sistem ekonomi baru yang berpihak kepada peternak sekaligus meningkatkan daya saing sektor peternakan nasional.

“Kita bangun ekosistem, bukan sekadar proyek. Tujuan akhirnya adalah kemandirian, dan itu hanya bisa dicapai kalau peternak kecil ikut tumbuh bersama,” imbuhnya.

Selain meningkatkan produktivitas, Mentan menilai program ini juga berpotensi membuka banyak lapangan kerja baru di sektor pendukung seperti logistik, transportasi, pakan, dan pengolahan hasil ternak.

“Peternakan itu bukan hanya soal ternak, tapi soal martabat ekonomi rakyat. Saat peternak rakyat bangkit, maka ketahanan pangan nasional ikut kuat,” pungkas Mentan Amran.