Jakarta, 7 Agustus 2025 – Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong peningkatan populasi dan produksi sapi perah serta sapi pedaging guna mengurangi ketergantungan impor. Salah satu langkah yang ditempuh adalah penyusunan skema asuransi dan pembiayaan usaha yang lebih adaptif dengan kebutuhan peternak.

Penyusunan skema ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari industri sapi perah dan sapi pedaging, koperasi sapi perah, hingga peternak rakyat.

Perlindungan Risiko melalui Asuransi

Direktur Hilirisasi Peternakan Kementan, Makmun, menekankan pentingnya perlindungan risiko usaha peternakan melalui program asuransi yang dirancang sesuai kondisi di lapangan.

“Kami menilai perlu adanya sosialisasi masif mengenai manfaat asuransi bagi pelaku usaha sapi perah dan sapi pedaging. Asuransi menjadi instrumen penting untuk mitigasi risiko, mulai dari kematian akibat penyakit, kecelakaan, hingga kehilangan ternak,” jelas Makmun di Kantor Pusat Kementan, Rabu (6/8/2025).

Ia mengingatkan bahwa pada 2021 Kementan telah memfasilitasi Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau (AUTS/K). Program ini membantu peternak yang mengalami kerugian dengan memberikan dana ganti rugi yang dapat digunakan kembali sebagai modal usaha.

Saat ini, pemerintah tengah merancang skema pelaksanaan asuransi swadaya maupun bantuan premi dengan dukungan subsidi dari perusahaan.

Skema Pembiayaan Khusus

Makmun menambahkan bahwa Kementan juga mengusulkan skema pembiayaan khusus yang lebih sesuai dengan karakteristik usaha peternakan.
“Misalnya, dengan plafon pinjaman yang lebih besar dan masa tenggang (grace period) yang disesuaikan dengan siklus produksi sapi perah maupun sapi pedaging,” terangnya.

Tantangan Impor dan Pentingnya Iklim Usaha Kondusif

Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Pembiayaan, Mat Syukur, menilai subsektor peternakan masih menghadapi tantangan besar berupa ketergantungan pada impor, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan daging dan susu.

“Subsektor peternakan kita masih didukung impor. Maka perlu didorong peningkatan populasi dan produksi daging serta susu agar meningkat signifikan,” ujarnya.

Menurut Mat Syukur, skema asuransi dan pembiayaan yang tepat akan menjadi faktor penting untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu, skema ini harus dirancang untuk menjawab kebutuhan nyata pelaku usaha sekaligus menarik minat investasi di sektor peternakan.