Jakarta — Menjelang Hari Raya Idul Adha yang akan berlangsung pada Juni 2025, Kementerian Pertanian (Kementan) meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada sapi dan kerbau. Melalui penguatan pengawasan lalu lintas ternak, distribusi vaksin, serta pelaporan melalui sistem iSIKHNAS, pemerintah berupaya mencegah meluasnya penyakit ini yang berpotensi mengganggu ketersediaan hewan kurban.
“Kami terus melakukan pemantauan harian terhadap kejadian penyakit hewan menular, termasuk LSD, melalui sistem iSIKHNAS. Sistem ini menjadi alat penting untuk memperoleh informasi secara cepat dan memberikan respons yang tepat,” ujar Direktur Kesehatan Hewan, Imron Suandy, di Jakarta pada 30 April lalu.
Imron juga menegaskan bahwa seluruh petugas lapangan di dinas-dinas daerah telah mendapat arahan untuk aktif melakukan surveilans dan segera melaporkan apabila terdapat dugaan kasus LSD.
LSD merupakan penyakit menular yang menyerang kulit sapi dan kerbau, dengan gejala antara lain demam tinggi, munculnya benjolan pada kulit, penurunan produksi susu, serta gangguan sistem reproduksi. Penularannya dapat terjadi melalui kontak langsung antar ternak maupun melalui vektor serangga seperti lalat dan nyamuk.
“Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitar merupakan langkah utama dalam pencegahan penyakit ini,” jelas Imron. “Selain itu, kami juga terus melaksanakan program vaksinasi.”
Sebagai bentuk tindak lanjut, Kementan telah menyalurkan sebanyak 57.200 dosis vaksin LSD ke tujuh provinsi prioritas, yaitu Lampung, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Vaksinasi dilakukan secara selektif terhadap ternak di wilayah terdampak serta ternak yang akan dilalulintaskan. Imron juga mengingatkan bahwa ketersediaan vaksin milik pemerintah masih terbatas, sehingga pelaku usaha peternakan diimbau untuk melakukan vaksinasi mandiri atau melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Dalam pernyataan terpisah, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam pengendalian penyakit hewan menular.
“Vaksinasi rutin, penerapan sanitasi kandang yang baik, serta kepatuhan terhadap regulasi lalu lintas ternak merupakan tiga pilar utama dalam mencegah kerugian akibat penyakit hewan menular,” ujar Agung dari Kantor Kementan, Jakarta, pada 7 Mei 2025.
Ia juga mengimbau para peternak agar segera melaporkan apabila ditemukan gejala LSD pada ternaknya, agar penanganan medis dapat dilakukan secepat mungkin. “Bila kita mampu menekan kasus sejak awal, maka ketersediaan hewan kurban yang sehat dan layak konsumsi dapat tetap terjaga,” tambahnya.
Kementan berharap upaya sinergis antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pelaku usaha peternakan dapat menahan laju penyebaran LSD, terutama menjelang tingginya permintaan hewan kurban. Dengan pengendalian yang efektif, para peternak diharapkan dapat menjalankan usahanya dengan tenang, sementara masyarakat tetap merasa aman dalam mengonsumsi produk ternak.
