Jakarta – Pemerintah Provinsi Gorontalo menyatakan kesiapannya untuk menjadi sentra utama industri pakan olahan nasional. Dengan produksi jagung yang mencapai lebih dari 1 juta ton per tahun serta didukung oleh infrastruktur pelabuhan yang memadai, provinsi yang terletak di pesisir utara Sulawesi ini tengah mempersiapkan langkah strategis untuk menarik investor sekaligus membangun ekosistem industri yang berbasis pada sektor peternakan.

Gubernur Gorontalo, Gusnar Ismail, secara langsung menyampaikan komitmen tersebut dalam pertemuan bersama Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, yang digelar pada Selasa, 6 Mei 2025 di Jakarta.

“Kami siap memfasilitasi investasi dalam pengembangan industri pakan, termasuk penyediaan lahan yang diperlukan. Pengembangan ini tidak hanya akan meningkatkan nilai tambah jagung dan hasil pertanian lokal, tetapi juga membuka peluang kerja serta meningkatkan kesejahteraan peternak di Gorontalo,” ujar Gusnar.

Ia meyakini bahwa pengembangan industri pakan akan memberikan dampak positif berupa terbukanya lapangan pekerjaan, peningkatan kesejahteraan petani dan peternak, serta peningkatan nilai tambah komoditas lokal.

Direktur Pakan, yang akrab dipanggil Sapto, menegaskan bahwa Gorontalo memiliki posisi strategis sebagai calon pusat industri pakan nasional.

“Gorontalo memiliki sumber bahan baku utama yaitu jagung yang melimpah. Dengan sinergi antara petani jagung, peternak, dan pelaku industri pakan, provinsi ini memiliki peluang besar untuk menjadi kawasan industri pakan terkemuka di Indonesia,” ujarnya.

Data dari Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo menunjukkan bahwa selain produksi jagung sebesar 1,01 juta ton per tahun, Gorontalo juga menghasilkan dedak sebanyak 20 ribu ton, tepung ikan 14 ribu ton, bungkil kelapa 990 ton, serta bungkil kedelai 11.375 ton. Populasi ternak di provinsi ini juga cukup besar, yakni ayam sebanyak 7,9 juta ekor, sapi 154 ribu ekor, dan kambing 17 ribu ekor.

Selain tersedianya bahan baku, distribusi pakan juga didukung oleh keberadaan Pelabuhan Kota Gorontalo dan Pelabuhan Internasional Anggrek yang memiliki potensi besar untuk menunjang akses pasar domestik maupun ekspor.

Dari pihak industri pakan, perwakilan PT Haida Indonesia, Bagus Pekik, menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan peternak untuk membangun rantai bisnis yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Ia menambahkan, dengan adanya jaminan pasar yang kuat di tingkat hilir, para pelaku industri pakan akan semakin percaya diri untuk berinvestasi sekaligus memperkokoh ekosistem usaha peternakan dan pangan di wilayah tersebut.

“Ini merupakan peluang besar. Kami dari sektor swasta sangat terbuka untuk berkolaborasi, asalkan terdapat jaminan pasar yang jelas di hilir. Jika pemerintah mampu memastikan ketersediaan pasar tersebut, maka investor akan datang secara alami. Kita harus bekerja bersama membangun kolaborasi yang berkelanjutan,” tegasnya.

Gubernur Gusnar menambahkan bahwa pemerintah daerah membuka ruang dialog dan sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan.

“Dengan kerja sama dari berbagai pihak, peluang besar dapat diwujudkan. Kunci utamanya adalah menjaga komunikasi tetap terbuka. Kami berkomitmen agar kesejahteraan petani dan peternak di Gorontalo dapat meningkat secara signifikan,” pungkasnya.

Pengembangan industri pakan yang sedang dijalankan ini ditargetkan mampu memenuhi kebutuhan pakan unggas dan ruminansia, tidak hanya untuk wilayah Gorontalo, tetapi juga bagi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.