Jakarta – Pemerintah memperkuat peran peternak susu lokal dalam mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kementerian Pertanian, lewat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), mendorong percepatan penyerapan Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) agar bisa terserap optimal dalam program prioritas nasional itu.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, menyebut pentingnya kerja kolaboratif lintas sektor, dari koperasi hingga pemerintah daerah, agar susu dari peternak lokal benar-benar bisa dirasakan manfaatnya.

“Kita harus kompak, mulai dari peternak, koperasi, industri, sampai daerah. Anak-anak kita bisa minum susu dalam Program MBG, tapi tentu harus dijamin keamanannya,” kata Agung, Senin (21/7/2025).

Program MBG digagas Presiden Prabowo sebagai bagian dari penguatan sumber daya manusia. Susu diposisikan sebagai komponen gizi penting, sekaligus menjadi peluang untuk mengangkat industri susu nasional. Kementan memastikan bahwa SSDN yang masuk dalam program MBG wajib memenuhi standar keamanan, khususnya Nomor Kontrol Veteriner (NKV).

Dukungan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga menguatkan aspek pengawasan mutu.

“Karena ini program nasional, tentu kami beri perhatian khusus. BPOM siap kawal, terutama dalam hal keamanan dan mutu pangan olahan seperti susu segar,” kata Sondang Widya, Direktur Pengawasan Produksi Pangan Olahan BPOM.

Pakar dari Badan Gizi Nasional (BGN), Epi Taufik, menambahkan bahwa distribusi susu lokal sebaiknya diprioritaskan di daerah yang sudah memiliki infrastruktur pengolahan susu.

“Kalau ada susu pasteurisasi, itu terbaik. Diperah pagi atau sore, malamnya dipasteurisasi, semalaman didinginkan, besok paginya langsung diminum anak-anak,” kata Epi.

Kementerian Pertanian meyakini, percepatan penyerapan susu lokal tidak hanya berperan memperbaiki gizi generasi muda, tetapi juga menggerakkan ekonomi peternak sapi perah. Dari desa ke sekolah, susu segar kini menjadi bagian dari visi besar menuju Indonesia Emas 2045.