Tangerang, 30 Agustus 2025 – Kementerian Pertanian (Kementan) memperkuat kerja sama internasional dengan negara-negara Afrika di bidang kesehatan hewan melalui penyaluran hibah vaksin Antraks dan Septicaemia Epizootica (SE)—penyakit ngorok pada sapi yang sering menyebabkan kematian mendadak serta kerugian ekonomi besar. Langkah ini menjadi bukti nyata komitmen Indonesia dalam mendukung pengendalian penyakit hewan menular di kawasan tersebut.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda, menjelaskan bahwa program hibah ini merupakan bagian dari Animal Health Supporting for Livestock Program yang digagas bersama Indonesian Agency for International Development (Indonesian AID), Kementerian Keuangan, dan didukung oleh Kementerian Luar Negeri.

“Melalui program hibah vaksin ini, Indonesia tidak hanya berkontribusi dalam mengurangi kerugian ekonomi akibat penyakit hewan di Afrika, tetapi juga memperkuat diplomasi sekaligus membuka peluang ekspor produk kesehatan hewan Indonesia ke pasar internasional,” ujar Agung saat membuka kegiatan Pelatihan dan Pemetaan Need Assessment bagi Otoritas Kesehatan Hewan Kawasan Afrika di Tangerang, Senin (25/8).

Capacity Building untuk Negara Afrika

Sebagai tahap awal, Indonesia menggelar pelatihan peningkatan kapasitas (capacity building) pada 26–29 Agustus 2025 di Balai Besar Veteriner Farma (BBVF) Pusvetma Surabaya. Pelatihan ini diikuti oleh perwakilan dari Zimbabwe, Mozambik, Nigeria, Kenya, dan Tanzania, dengan materi meliputi:

  • pengendalian penyakit menular strategis,
  • vaksinasi,
  • manajemen rantai dingin (cold chain),
  • peningkatan kompetensi tenaga kesehatan hewan.

Hibah Jutaan Dosis Vaksin Mulai 2026

Mulai 2026, Indonesia akan menyalurkan jutaan dosis vaksin ke lima negara Afrika. Rinciannya:

  • 1 juta dosis vaksin Septivet untuk Zimbabwe,
  • 3,5 juta dosis vaksin Anthravet untuk empat negara lainnya, dengan distribusi:
    • Nigeria: 1 juta dosis,
    • Kenya: 1 juta dosis,
    • Tanzania: 1 juta dosis,
    • Mozambik: 500 ribu dosis.

Agung menambahkan, vaksin produksi BBVF Pusvetma Surabaya telah terbukti memenuhi kebutuhan dalam negeri dan siap menembus pasar internasional.
“Negara-negara Afrika dengan populasi ternak besar juga membutuhkan vaksin Antraks dan SE. Kerja sama ini diharapkan menjadi pintu masuk kolaborasi yang lebih luas sekaligus promosi bagi produk vaksin Indonesia,” jelasnya.

Perkuat Diplomasi dan Persahabatan Antarbangsa

Perwakilan Indonesian AID, Indro Bawono, menegaskan bahwa kerja sama ini menjadi langkah penting dalam memperkuat ketahanan pangan global sekaligus mempererat hubungan antarbangsa.
“Indonesia menunjukkan komitmen dengan memperkuat kapasitas teknis di Afrika, mempererat persahabatan, dan membuka jalan bagi kerja sama ekonomi yang lebih erat di masa depan,” ujarnya.

Kepala BBVF Pusvetma Surabaya, Edy Budi Susila, menambahkan bahwa kolaborasi ini memastikan tenaga kesehatan hewan di Afrika semakin siap menghadapi penyakit menular strategis.
“Mulai dari penerapan vaksin hingga manajemen rantai dingin, hasilnya diharapkan langsung berdampak pada peningkatan kesehatan ternak dan kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.

Komitmen Global Indonesia

Dengan langkah ini, Indonesia menegaskan komitmen untuk memperkuat kesehatan hewan global sekaligus membuka jalan bagi kerja sama internasional yang lebih luas di masa depan.