Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) terus memperkuat komitmennya dalam mendorong ekspor produk peternakan Indonesia ke pasar global, khususnya Eropa. Dalam Focus Group Discussion (FGD) Road to Congress Indonesian Diaspora Entrepreneur in Europe (CIDEE) pada 20 Februari 2025, berbagai peluang ekspor dan strategi pemasaran produk peternakan Indonesia dibahas secara mendalam.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda, mengungkapkan bahwa produk berbasis organik dan ramah lingkungan memiliki potensi besar untuk menembus pasar Eropa. Produk unggulan seperti sarang burung walet, bat guano (pupuk alami dari kotoran kelelawar), serta daging sapi Bali dan wagyu Indonesia menjadi daya tarik tersendiri di segmen premium. Selain itu, produk olahan kulit dan tulang unggas juga memiliki prospek cerah di industri fashion dan kosmetik.

“Kolaborasi dengan diaspora Indonesia di Eropa bisa menjadi pintu masuk strategis bagi produk peternakan kita agar mampu bersaing di pasar internasional,” ujar Agung.

Dalam diskusi tersebut, inovasi produk turut menjadi perhatian, termasuk pemanfaatan Black Soldier Fly (BSF) sebagai sumber protein alternatif ramah lingkungan serta peluang besar madu asli Indonesia di pasar Eropa. Namun, untuk dapat bersaing, produk ekspor harus memenuhi standar lingkungan dan kesejahteraan hewan yang ketat di Eropa.

Peluang Ekspor Melalui Diaspora Indonesia di Belanda

Selain diskusi bersama Kementan, diaspora pengusaha Indonesia di Belanda yang tergabung dalam Organisasi Pengusaha Indonesia di Belanda (OC CIDER 2025) turut menyatakan kesiapan mereka dalam membuka akses pasar bagi produk pertanian dan peternakan Indonesia.

Ketua OC CIDER 2025, Abdul Latif Gau, menegaskan bahwa dengan lebih dari 400 restoran Indonesia di Belanda, permintaan terhadap produk pertanian dan peternakan asal Indonesia terus meningkat.

“Eropa sangat mengapresiasi makanan dengan nilai estetika tinggi. Ini menjadi peluang bagi produk Indonesia untuk masuk ke pasar Belanda dan negara-negara Eropa lainnya,” jelas Latif.

Melalui sinergi antara pelaku usaha, diaspora, dan UKM, diharapkan semakin banyak produk peternakan Indonesia yang mampu menembus pasar Eropa. Duta Besar RI untuk Belanda, Mayerfas, juga menekankan pentingnya peningkatan kualitas produk serta kepatuhan terhadap regulasi Uni Eropa sebagai kunci sukses ekspor ke wilayah tersebut.

Dengan berbagai strategi pemasaran, inovasi produk, serta dukungan dari diaspora dan pemerintah, ekspor komoditas peternakan Indonesia diyakini dapat berkembang pesat. Kementan pun siap memberikan berbagai fasilitasi untuk mempercepat akses produk peternakan ke pasar global.