Makassar, 25 Juni 2025 — Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros menyelenggarakan Rapat Koordinasi Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) Tahun 2025 yang melibatkan dinas peternakan dan kesehatan hewan dari 8 provinsi dan 102 kabupaten/kota di wilayah kerjanya. Rapat ini mengusung tema “Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis Guna Mendukung Program Penyediaan Susu dan Daging Nasional (P2SDN)”.
Tema tersebut sejalan dengan arah kebijakan nasional untuk mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG), salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto. Dalam mendukung program tersebut, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan memainkan peran penting dalam memastikan ketersediaan komoditas daging dan susu secara berkelanjutan. Pengendalian penyakit hewan menular menjadi aspek krusial untuk menjaga produktivitas dan kesehatan ternak, sekaligus mendukung investasi sektor peternakan dalam negeri.
Rapat koordinasi ini diselenggarakan secara hybrid, menggabungkan pertemuan langsung di Makassar dengan partisipasi daring melalui Zoom Meeting. Tujuan utamanya adalah memperkuat sinergi antarwilayah serta meningkatkan kolaborasi antarinstansi dalam penyusunan strategi pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan penyakit hewan di daerah masing-masing. Selain dinas-dinas teknis daerah, turut hadir lembaga pendukung seperti Badan Karantina Indonesia dan laboratorium veteriner daerah.

Direktur Kesehatan Hewan, drh. Imron Suandy, MVPH, membuka sesi pertama dengan menyampaikan kebijakan Direktorat Kesehatan Hewan dalam mendukung P2SDN. Ia mengapresiasi kinerja lapangan yang berhasil membuat komoditas daging ayam dan telur ayam tetap surplus, meskipun di tengah ancaman wabah Avian Influenza (AI). Namun demikian, Indonesia masih mengalami defisit untuk komoditas daging dan susu sapi. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong investasi dalam negeri di sektor peternakan. Status kesehatan hewan menjadi salah satu pertimbangan utama bagi calon investor.

Sesi berikutnya diisi oleh Kepala Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros, drh. H. Agustia, M.P., yang memaparkan situasi penyakit hewan menular selama tahun 2024 hingga semester I tahun 2025. Dalam paparannya, Kepala Balai menyampaikan hasil pengujian laboratorium yang dilakukan oleh BBVet Maros serta menggali informasi dari masing-masing daerah mengenai tantangan di lapangan dan kebutuhan dukungan teknis dari BBVet Maros. Melalui forum ini, Kepala Balai berharap seluruh pemangku kepentingan dapat bersinergi dalam mengendalikan dan menanggulangi penyakit hewan menular di wilayah kerja BBVet Maros.

Selanjutnya, Prof. Dr. drh. Suwarno, M.Si., Guru Besar Bidang Ilmu Virologi dan Imunologi dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, menyampaikan materi mengenai tantangan lanjutan, efektivitas, dan strategi pascavaksinasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Dalam sesi ini, beliau menjelaskan karakteristik virus PMK serta pentingnya membangun herd immunity melalui vaksinasi yang tepat sasaran. Ia juga memaparkan sejumlah tips teknis terkait pemberian vaksin PMK secara efektif, terutama menjelang pelaksanaan kembali Bulan Vaksinasi PMK agar capaian hasil vaksinasi lebih optimal. Selain itu, beliau menekankan pentingnya komunikasi, informasi, dan edukasi kepada peternak dan masyarakat agar turut berperan aktif dalam pengendalian PMK.

Sementara itu, drh. Anak Agung Gde Putra, S.H., M.Sc., Ph.D. menyampaikan strategi pembebasan penyakit Rabies dan Brucellosis di beberapa wilayah kerja BBVet Maros. Ia menguraikan pendekatan epidemiologis dan intervensi teknis yang dapat diterapkan, serta menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit menular tersebut.

Sebagai studi kasus, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Ambon turut membagikan pengalaman mereka dalam pengendalian rabies di wilayahnya. Berbagai upaya telah dilakukan, antara lain pelaksanaan vaksinasi massal terhadap hewan penular rabies, penyediaan vaksin melalui anggaran daerah (APBD), serta dukungan tambahan dari Kementerian Pertanian. Hingga pertengahan tahun 2025, Kota Ambon terus mendorong percepatan vaksinasi sebagai langkah preventif mengendalikan penyebaran virus rabies.

Melalui rangkaian sesi ini, BBVet Maros menegaskan komitmennya sebagai pusat koordinasi dan penyedia layanan teknis bagi daerah dalam upaya pengendalian penyakit hewan menular strategis. Forum ini diharapkan dapat memperkuat pertukaran data dan informasi, meningkatkan perencanaan berbasis bukti, serta membangun sinergi lintas wilayah guna mewujudkan ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan.