Cilacap — Pemerintah terus memperkuat fondasi industri sapi perah nasional melalui sinergi antara investasi swasta, kemitraan bersama koperasi peternak rakyat, serta dukungan infrastruktur dan pengawasan karantina yang ketat. Salah satu langkah nyata dari upaya ini ditandai dengan kedatangan 1.213 ekor sapi perah bunting di Pelabuhan Tanjung Intan, Cilacap, Jawa Tengah, pada Kamis (15/5/2025).
Direktur Hilirisasi Hasil Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Makmun, menegaskan bahwa kedatangan sapi-sapi tersebut bukan sekadar aktivitas impor, melainkan bagian dari skema investasi produktif yang terintegrasi dengan kemitraan rakyat.
“Ini merupakan bentuk investasi yang berpihak kepada peternak. Kita tengah membangun industri susu nasional yang modern, mandiri, dan berkelanjutan,” ujarnya.
Dari total sapi yang tiba, sebanyak 1.013 ekor merupakan bagian dari skema joint shipment antara 62 perusahaan dengan PT Global Dairy Alami (GDA), sedangkan 200 ekor lainnya diimpor oleh PT Lunar Chemplast. Seluruh sapi tersebut dalam kondisi bunting, dengan usia kebuntingan antara dua hingga lima bulan. Nantinya, ternak ini akan didistribusikan ke sejumlah koperasi peternak seperti KAN Jabung (Malang), Koperasi Larasati (Kuningan), KPBS Pangalengan, Chibugary (Jakarta Timur), serta Kawasan Kunak (Bogor).
Berdasarkan data Kementerian Pertanian hingga 13 Mei 2025, telah masuk ke Indonesia sebanyak 16.454 ekor sapi, yang terdiri dari 9.736 ekor sapi perah (termasuk 2.256 pedet betina) dan 6.718 ekor sapi potong. Keseluruhan ternak tersebut merupakan hasil kerja sama dengan 38 pelaku usaha yang memanfaatkan fasilitas investasi pemerintah.
Pemerintah memastikan seluruh proses pemasukan ternak mengikuti prosedur teknis dan protokol karantina yang ketat, demi menjamin kesehatan hewan serta mencegah masuknya penyakit hewan menular strategis.
“Kesehatan hewan menjadi prioritas utama kami. Setiap tahap pengawasan dilakukan secara ketat dan berlapis,” kata Makmun.
Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Jawa Tengah, Sokhib, menyampaikan bahwa pemasukan sapi perah kali ini mencerminkan kolaborasi nyata antara sektor hulu dan hilir, serta efisiensi dalam penerapan sistem karantina nasional.
“Melalui pendekatan pre-border, proses di tahap in-border menjadi lebih efisien baik dari segi waktu maupun biaya. Semua kegiatan di post-border tetap mengikuti ketentuan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019,” jelasnya.
PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) turut mendukung sinergi ini dengan memastikan kesiapan infrastruktur Pelabuhan Tanjung Intan dalam menunjang distribusi ternak hidup.
“Fasilitas pelabuhan kami sudah sangat memadai dan sejalan dengan arahan Presiden dalam mewujudkan swasembada pangan. Lokasi pelabuhan di selatan Jawa juga lebih dekat dengan Australia, sehingga pengiriman lebih efisien,” terang Miftah Fajrisal, Branch Manager PT Pelindo Multi Terminal, Cabang Tanjung Intan.
Ia menambahkan, momentum ini menjadi peluang strategis untuk mengoptimalkan jalur logistik selatan Jawa sebagai bagian dari sistem distribusi nasional ternak hidup.
Kementerian Pertanian juga membuka peluang investasi yang lebih luas di subsektor peternakan, khususnya untuk pengembangan sapi perah dan sapi potong. Berbagai insentif telah disiapkan, mulai dari insentif fiskal seperti tax allowance, investment allowance, hingga pengurangan pajak, serta dukungan non-fiskal berupa fasilitasi lahan, perizinan, dan pendampingan teknis.
“Kami membuka karpet merah bagi para investor yang ingin berkontribusi dalam mewujudkan kedaulatan pangan nasional,” pungkas Makmun. Ia juga mengajak pelaku usaha untuk tidak ragu berinvestasi demi mendukung visi Indonesia Emas 2045 yang mandiri dalam pangan dan berdaulat secara ekonomi.